Apa itu Hipertensi ?
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.
Penggolongan Obat AntiHipertensi
Terdapat 2 macam obat antihipertensi yaitu lini pertama yang bisa disingkat ABCD (Ace-inhibitor,Beta blocker,CCB,dan diuretik) sedangkan obat lini kedua akan dibahas pada treat selanjutnya. langsung saja kita pelajari obat lini pertama antihipertensi cmmiwww ☺1. ACE Inhibitor
ACE
inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga
terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Secara umum
ACE-inhibitor dibedakan atas dua kelompok :
a) Bekerja
langsung, contohnya kaptopril dan lisinopril.
b) Prodrug,
contohnya enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril, silazapril, benazepril,
fosinopril, dll.
ACE inhibitor terpilih untuk hipertensi dengan gagal
jantung kongestif. Obat ini juga menunjukkan reaksi positif terhadap lipid
darah dan mengurangi resistensi insulin sehingga sangat baik untuk hipertensi
pada diabetes, dyslipidemia, dan obesitas.Obat ini juga sering digunakan untuk
mengurangi proteinuria pada sindrom nefrotik dan nefropati DM.
Sebagian besar ACE inhibitor mengalami metabolisme
di hati, kecuali lisinopril yang tidak dimetabolisme. Eliminasi umumnya melalui
ginjal, kecuali fosinopril yang mengalami eliminasi di ginjal dan bilier.
·
Efek Samping
o Hipotensi
Dapat terjadi pada awal pemberian
ACE inhibitor, terutama pada hipertensi dengan aktivitas renin yang tinggi.
o Batuk
kering
Merupakan efek samping yang paling
sering.Bersifat reversible bila obat dihentikan.
o Hiperkalemia
Dapat terjadi pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal atau pada pasien yang juga mendapat diuretic hemat
kalium, AINS, suplemen kalium atau β blocker.
o Rash
dan gangguan pengecapan
Sering terjadi pada kaptropril.Rash
bersifat reversible pada penghentian obat atau dengan pemberian antihistamin.
o Edema
angioneurotik
Pembengkakkan pada hidung, bibir,
tenggorokan, laring, dan sumbatan jalan napas.
o Gagal
ginjal akut
o Proteinuria
o Efek
teratogenik
·
Indikasi dan
Kontraindikasi
ACE inhibitor dikontraindikasikan pada
wanita hamil dan menyusui karena bersifat teratogenik. Dalam JNC VII, ACE inhibitor
diindikasikan untuk hipertensi dengan penyakit ginjal kronik. Namun ACE
inhibitor dapat memperberat hyperkalemia.
2. Angiotensin
Receptor Blocker (ARB)
Pada obat antihipertensi jenis ARB
ini merupakan obat yang bekerja untuk menghambat reseptor T1 dan T2.disini
reseptor T1berfungsi sebagai perantara semua efek yang di timbulkan angiotensin
II.
Di dalam tubuh kita reseptor T1
terdapat terutama di otot polos pembuluh darah, dan di otot jantung.selain itu
juga terdapat di ginjal, otak, kelenjar andrenal. sedangkan T2 terdapat di
medula andrenal dan mungkin juga di sistem saraf pusat. namun fungsi dari T2
sampai saat ini belum bisa di jelaskan secara pasti. contoh dari obat
hipertensi jenis ini adalah : losartan, valsartan, telmisartan,dll.
Pemberian ARB menurunkan tekanan
darah tanpa mempengaruhi frekuensi denyut jantung.Pemberian jangka panjang
tidak mempengaruhi lipid dan glukosa darah.Waktu paruh eliminasi 1-2 jam, tapi
obat ini cukup diberikan satu atau dua kali sehari. Sebagian besar obat
diekskresi melalui feses sehingga tidak diperlukan penyesuaian dosis pada
gangguan fungsi ginjal termasuk pasien hemodialysis dan pada usia lanjut. Tapi
dosis harus disesuaikan pada gangguan fungsi hepar.
·
Efek Samping
o Hipotensi
dapat terjadi pada pasien dengan kadar renin tinggi seperti hipovolemia, gagal
jantung, hipertensi renovaskular, dan sirosis hepatis.
o Hiperkalemia
biasanya terjadi dalam keadaan insufisiensi ginjal.
o Fetotoksik,
sehingga harus dihentikan pada ibu hamil.
·
Kontraindikasi
Pada wanita hamil, menyusui, stenosis
arteri renalis bilateral atau stenosis pada satu ginjal yang masih berfungsi.
3. Beta blocker
Mekanisme penurunan tekanan darah pada pemberian β-Blocker antara lain :
Mekanisme penurunan tekanan darah pada pemberian β-Blocker antara lain :
a) Penurunan
frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah
jantung.
b) Hambatan
sekresi renin di sel-sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan
produksi angiotensin II.
c) Efek
sentral yang mempengaruhi aktifitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas
baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergic perifer dan peningkatan
biosistesis prostasiklin.
Obat
golongan β-Blocker ini contohnya asebutolol, atenolol, metoprolol, alprenolol,
propranolol, pindolol, dll.
·
Penggunaan.
β-Blocker
digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan sampai sedang
terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner (khususnya sesudah infark
miokard akut). β-Blocker lebih efektif pada pasien usia muda dan kurang efektif
padax pasien usia lanjut.
Semua β-Blocker dikontraindikasikan pada pasien dengan asma bronkial.Bila harus
diberikan pada pasien dengan diabetes, maka penghambat selektif β1 adalah lebih
baik dibandingkan dengan β-Blocker nonselektif, karena efek hipoglikemia
relatif ringan.
o Atenolol
Merupakan obat yang sering
dipilih.Obat ini bersifat kardioselektif dan penetrasinya ke SSP minimal.Cukup
diberikan sekali sehari.Dosis lazim adalah 50-100 mg per oral sekalii sehari.
o Metoprolol
Diberikan dua kali sehari.Dosisnya
50-100 mg dua kali sehari.
o Labetalol
dan karvedilol
Memiliki efek vasodilatasi karena
selain menghambat reseptor β , obat ini juga menghambat reseptor α. Efek
vasodilatasi ini dapat menimbulkan hipotensi
postural.
·
Efek samping dan
kontraindikasi.
β-Blocker dapat
menyebabkan bradikardi, blokade AV, hambatan nodus SA dan menurunkan kekuatan
kontraksi miokard. Oleh karena itu obat golongan ini dikontraindikasikan pada
keadaan bradikardi, blockade AV derajat 2 dan 3, dan gagal jantung.
Bronkospasme merupakan efeksamping
yang penting pada pasien dengan riwayat asma bronkial dan PPOK.Pemakaian
β-Blocker pada pasien DM yang mendapat insulin atau obat hipoglikemik oral,
sebaiknya dihindari.Sebab β-Blocker dapat menutupi gejala hipoglikemi.
4. Calsium Canal Blocker (CCB)
Obat hipertensi jenis antagonis
kalsium merupakan obat hipertensi yang diindikasikan untuk penururnan hipertensi secara cepat , karena obat ini memiliki kadar
puncak dengan cepat. Namun hal ini bisa menyebabkan efeksamping yang merugikan
yaitu berupa cetusan iskemik miokard atau menyebabkan iskemis serebral
karena penurunan secara mendadak pada arteri. Cara kerja obat hipertensi jenis
ini adalah dengan cara menghambat kalsium ( Ca ++ ) saat fase depolarisasi,
dimana karena penurunan kalsium ini kontraksi vaskuler arteri akan menurun.
Antagonis
kalsium dibagi menjadi 3 yaitu :
-
Phenil akylamin, seperti contoh : verapamil, galopamil.
-
Benzothiazepins, seperti contoh : diltiazem.
-
Dihidropiridin, seperti contoh : nifedipin, amlodipin,
felodipin, nikardipin, isradipin.
·
Penggunaan
Nifedipin oral sangat bermanfaat
untuk mengatasi hipertensi darurat. Dosis awal 10 mg akan menurunkan tekanan
darah dalam waktu 10 menit dan dengan efek maksimal setelah 30-40 menit. Untuk
mempercepat absorpsi sebaiknya dikunyah lalu ditelan.
Antagonis kalsium tidak mempunyai
efek samping metabolik, baik terhadap lipid, gula darah, maupun asam urat.
·
Efek Samping
Nifedipin kerja singkat paling sering
menyebabkan hipotensi dan dapat menyebabkan iskemia miokard atau serebral.
5. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi
natrium, air, dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan
ekstraseluler.Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah.
Dosis:
Ø Hidroklorotiazid
(HCT) 1 x 12,5-25 mg sehari
Ø Furosemid:
2-3 x 20 – 80 mg sehari
Ø Spironolakton
: 1 x 25 -100 mg sehari
·
Golongan Tiazid
Terdapat
beberapa obat yang termasuk golongan tiazid antara lain hidroklorotiazid,
bendroflumetiazid, klorotiazid, dan diuretik lain yang memiliki gugus
aryl-sulfonamida (indapamid dan klortalidon). Obat golongan ini bekerja dengan cara menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida di
tubulus ginjal, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida.
Hidroklorotiazid (HCT) merupakan protipe golongan tiazid yang
dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang dan dalam kombinasi
dengan berbagai antihipertensi lain. Bendroflumetiazid memiliki waktu paruh 3
jam, hidroklorotiazid 10-12 jam, dan indapamid 15-25 jam.
Golongan tiazid umumnya kurang efektif pada gangguan fungsi
ginjal, dapat memperburuk fungsi ginjal dan pemakaian lama menyebabkan
hiperlipidemia. Bila digunakan sebagai monoterapi, dosis maksimal sebaiknya
tidak melebihi 25 mg HCT atau klortalidon per hari, karena peningkatan dosis
akan meningkatkan efek samping hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesemia,
hiperkalsemia.
Tiazid dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan
trigliserida. Pada penderita DM dapat menyebabkan hiperglikemia karena
mengurangi sekresi insulin.
·
Diuretik Kuat
Merupakan
obat yang paling kuat dari semua jenis obat deuretik, loop deuretik ini bekerja
di ansa henle bagian ancenden dengan cara mencegah penyerapan natrium, kalium
dan clorida, dan menghambat resorpsi air dan elektrolit. Mula kerjanya lebih
cepat dan efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan tiazid, oleh karena itu
diuretic kuat jarang digunakan sebagai antihipertensi kecuali pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum>2,5 mg/dL) atau gagal
jantung.
Termasuk
dalam golongan diuretik kuat antara lain furosemid, torasemid, bumetanid, dan
asam etakrinat. Waktu paruh diuretik kuat umumnya pendek sehingga diperlukan
pemberian 2 atau 3 kali sehari.
Efek
samping diuretik kuat hampir sama dengan tiazid, kecuali bahwaa diuretik kuat
menimbulkan hiperkalsiuria dan menurunkan kalsium darah, sedangkan tiazid
menimbulkan hipokalsiuria dan meningkatkan kadar kalsium darah.
·
Diuretik Hemat Kalium
Pada penyakit hipertensi biasanya obat golongan ini hanya dipakai sebagai kombinasi
untuk mencegah hipokalemia, karena obat Diuretik jenis ini berfungsi untuk
mempertahankan kalium. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
spironolakton, traimteren dan amilorid.
Diuretik hemat kalium dapat menimbulkan hiperkalemia bila
diberikan pada pasien dengan gagal ginjal, atau bila dikombinasi dengan ACE
inhibitor, ARB, β-blocker, AINS, atau dengan suplemen kalsium. Penggunaan harus
dihindarkan bila kreatinin serum > 2,5 mg/dL.
*Semoga bermanfaat & menambah wawasan kalian ^^ ☺☺☺
Comments
Post a Comment