Hepatitis B masih merupakan masalah kesehatan utama khususnya diindonesia, karena penyebaran virus tersebut dapat menuju ke sirosis hati bahakan kanker hati jika dibandingkan dengan virus hepatitis lainnya. okee langsung saja kita bahas cmiwww...
Pada manusia hati merupakan target organ utama virus hepatitis B (VHB). Virus tersebut mula-mula masuk ke dalam hati dengan menempel pada reseptor spesifik di membran sel hati yang kemudian melakukan penetrasi kedalam sitoplasma sel hati. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya dan mengeluarkan nukleokapsid (gabungan antara asam nukleat dan selubung protein yg mewakili bentuk gen virus) atau istilahnya kepala dari bentuk virus. selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati dan menempel DNA hospes sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan pada hati. dengan gejala mudah letih, timbulnya warna kuning pada mata dan beberapa bagian kulit,serta muntah dan kejang.
Pola Penularan ?
Adapun pola penularan infeksi virus VHB terdapat 2 macam yaitu pola penularan vertikal dan horizontal. Pola penularan horizontal melalui dua jalur yaitu:
1. Pola penularan melalui kulit.
Virus Hepatitis B tidak dapat menembus kulit sehingga proses penularannya dapat melalui jarum suntik yang tidak steril dan terpapar virus VHB atau melalui bahan infektif ( yang telah tertular oleh parasit) dengan kulit.
2. Pola Penularan melalui membran mukosa.
Membran mukosa yang terdiri dari mulut, mata, hidung, saluran pencernaan, dan alat kelamin/
penularan dapat melalui sekret tubuh yang banyak mengandung partikel virus VHB melalui saliva, dahak, dan sekret vagina. sehingan dengan terjadinya kontak sekret tersebut dapat menularkan virus hepatitis B termasuk penularan melalui hubungan seksual.
Sedangkan pada penularan vertikal yaitu terjadi pada ibu hamil yang mengidap virus tersebut dan dapat ditularkan kepada bayi yang dilahirkan. Penularan virus pada saat proses persalinan yg terjadi karena adanya kontak sekret melalui darah ibu, cairan anio,dan sekret vagina pada kulit bayi dengan lesi pada membran mukosa.
Terapi Farmakologis
Terapi Farmakologi untuk virus hepatitis B adalah dengan obat antivirus (interferon dan lamivudin) dan juga dengan obat diuretik serta beberapa multivitamin.
A. Interferon
Interferon memiliki peranan penting dalam menhambat replikasi virus RNA, ketika sel telah mati karena serangan virus dan sel tubuh mejadi lisis. maka virus tersebut akan menyerang organ lain dari tubuh Sel-Sel yang telah menerima interferon sebelumnya akan memperingatkan sel-sel lain akan adanya bahaya virus, lalu sel tersebut akan memproduksi sejumlah besar protein yang dikenal dengan protein kinase R (PKR). sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi virus hepatitis B. Selain dengan mekanisme tersebut interferon juga memiliki efek imunomodulator. Dimana interferon dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh.
Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita hepatitis B.
Virus hepatitis B membawa informasi genetik DNA. Obat ini
mempengaruhi proses replikasi DNA dan membatasi kemampuan virus
hepatitis B berproliferasi (membelah diri). Lamivudine bekerja dengan menghambat pembentukan DNA virus
hepatitis B. Pengobatan dengan lamivudine akan menghasilkan HBV
DNA yang menjadi negatif pada hampir semua pasien yang diobati dalam
waktu 1 bulan. Lamivudine akan meningkatkan angka serokonversi
HBeAg, mempertahankan fungsi hati yang optimal, dan menekan
terjadinya proses nekrosis-inflamasi pada hati.
hmm...... HBV DNA itu apa sh? terus HBeAG itu apa??
Jadi HBeAg merupakan antigen virus hepatitis B (Anti-HBe) yang berada pada permukaan virus. jika hasil pemeriksaan HBeAG postitif maka berpotensi tinggi menular. Dalam masa pengobatan lamivudin akan meningkatkan angka serokonversi HBeAG atau perkembangan antibodi tubuh untuk melawan antigen virus HBe sehingga DNA HBV (DNA dari virus hepatitis B) menjadi negatif yang menandakan replikasi virus sangat minimal.
Lamivudine juga mengurangi
kemungkinan terjadinya fibrosis dan sirosis serta dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker hati. Profil keamanan lamivudine sangat
memuaskan, dimana profil keamanannya sebanding dengan plasebo.
Lamivudine diberikan per oral sekali sehari, sehingga memudahkan
pasien dalam penggunaannya dan meningkatkan kepatuhan pengobatan.
C. Diuretik
Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, dapat membantu mengatasi
edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites. Obat ini
tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan keseimbangan
elektrolit atau gangguan ginjal berat karena menyebabkan ekskresi
elektrolit.
Spironolacton masuk dalam golongan diuretik hemat kalium yang bekerja sebagai antagonis aldosteron yaitu suatu senyawa kimia yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan air namun membuang kalium melalui urin. sbgai antagonisnya spironolacton bekerja dengan meningkatkan pengeluaran natrium dan air tetapi kalium tetap dipertahankan.
sehingga dapat mengurangi tekanan pada vena porta dengan cara menghambat atau mengurangi fibrosis hati. Sel stelata hepar berperan dalam terjadinya sirosis hati / timbulnya inflamasi pada hati dan spironolakton dapat menghambat proses sirosis hati melalui inhibisi dari aktivasi sel stelata hepar.
Oleh karena itu dapat membantu mengatasi
edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites (penumpukan cairan dalam perut). asites sendiri disebabkan karena inflamasi pada hati dan menyebabkan aliran darah pada vena porta terhambat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah dalam vena porta atau biasa disebut hipertensi vena porta, dengan meningkatnya tkanan darah maka akan terjadi kebocoran dalam vena porta dan masuk kedalam abdomen (perut) karena posisi hati dan vena porta dekat dengan perut lalu terjadilah asites dan dapat diobati dengan pemberian spironolacton atau diuretik lainnya utk meningkatkan ekskresi dari cairan dalam perut.
Obat ini
tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan keseimbangan
elektrolit atau gangguan ginjal berat karena menyebabkan ekskresi
elektrolit. Obat diuretik lain yang digunakan dalam pengobatan penyakit hati selain
Spironolactone adalah Furosemide yang efektif untuk pasien yang gagal
memberikan tanggapan terhadap Spironolactone. Obat lain seperti
Thiazide atau Metolazone dapat bermanfaat pada keadaan tertentu.
D. Multivitamin dengan mineral.
Golongan ini digunakan sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis
dan penyakit hati lainnya. Biasanya penyakit hati menimbulkan gejalagejala seperti lemah, malaise, dan lain-lain, sehingga pasien memerlukan
suplemen vitamin dan mineral. Hati memainkan peranan penting dalam
beberapa langkah metabolisme vitamin. Vitamin terdiri dari vitaminvitamin yang larut dalam lemak (fat-soluble) seperti vitamin A, D, E dan K
atau yang larut dalam air (water-soluble) seperti vitamin C dan Bkompleks
Comments
Post a Comment